1. Latar belakang pendidikan orang tua
Pendidikan orang tua yang hanya tamat sekolah dasar apalagi tidak tamat
sekolah dasar, hal ini sangat berpengaruh terhadap cara berpikir orang
tua untuk menyekolahkan anaknya, dan terhadap cara berpikir orang tua
untuk menyekolahkan anaknya, dan cara pandangan orang tua tentu tidak
sejauh dan seluas orang tua yang berpendidikan lebih tinggi.
Orang tua yang hanya tamat sekolah dasar atau tidak tamat cenderung
kepada hal-hal tradisional dan kurang menghargai arti pentingnya
pendidikan. Mereka menyekolahkan anaknya hanya sebatas bisa membaca dan
menulis saja, karena mereka beranggapan sekolahnya seseorang kepada
jenjang yang lebih tinggi pada akhir tujuan adalah untuk menjadi pegawai
negeri dan mereka beranggapan sekolah hanya membuang waktu, tenaga dan
biaya, mereka juga beranggapan terhadap anak lebih baik ditujukan kepada
hal-hal yang nyata yaitu membantu orang tua dalam berusaha itu lah
manfaat yang nyata bagi mereka, lagi pula sekolah harus melalui seleksi
dan ujian yang di tempuh dengan waktu yang panjang dan amat melelahkan.
Walaupun ada orang tua yang pendidikannya tidak tamat Sekolah Dasar,
namun anaknya bisa menjadi sarjana tetapi hal ini sangat jarang sekali.
Latar belakang pendidikan orang tua yang rendah merupakan suatu hal yang
mempengaruhi anak sehingga menyebabkan anak menjadi putus sekolah dalam
usia sekolah. Akan tetapi ada juga orang tua yang telah mengalami dan
mengenyam pendidikan sampai ke tingkat lanjutan dan bahkan sampai
perguruan tinggi tetapi anaknya masih saja putus sekolah, maka dalam hal
ini kita perlu mengkaitkannya dengan minat anak itu sendiri untuk
sekolah, dan mengenai minat ini akan dijelaskan pada uraian berikutnya.
2. Lemahnya Ekonomi Keluarga
Kurangnya pendapatan keluarga menyebabkan orang tua terpaksa bekerja
keras mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga pendidikan anak
kurang terperhatikan dengan baik dan bahkan membantu orang tua dalam
mencukupi keperluan pokok untuk makan sehari-hari misalnya anak membantu
orang tua ke sawah, karena di anggap meringankan beban orang tua anak
di ajak ikut orang tua ke tempat kerja yang jauh dan meninggalkan
sekolah dalam waktu yang cukup lama.
Dan apa lagi yang menjadi buruh tanpa tujuan untuk membantu pekerjaan
orang tua, setelah merasa enaknya membelanjakan uang hasil usaha sendiri
akhirnya anak tidak terasa sekolahnya ditinggalkan begitu saja, anak
perempuan di suruh mengasuh adiknya di waktu ibu sibuk bekerja.
Hal-hal tersebut diatas sangat mempengaruhi anak dalam mencapai
suksesnya bersekolah. Pendapat keluarga yang serba kekurangan juga
menyebabkan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak keran setiap
harinya hanya memikirkan bagaimana caranya agar keperluan keluarga bisa
terpenuhi, apalagi kalau harus meninggalkan keluarga untuk berusaha
menempuh waktu berbulan-bulan bahkan kalau sampai tahunan, hal ini tentu
pendidikan anak menjadi terabaikan.
Yang menyebabkan orang tua kurang pendapatan karena produksi hasil bumi
menempati lahan yang kurang baik, karena kalau air sungai saatnya pasang
maka lahan pertanian akan menjadi banjir dan menenggelamkan semua
tanaman, hal ini kalau sering terjadi menyebabkan orang tua anak yang
tinggal di desa menyebabkan akan sering menemui kegagalan mas panen.
Sedangkan kalau musim kemarau lahan pertanian akan kekeringan sampai
tanah menjadi pecah-pecah, hal ini menjadikan tanaman menjadi tidak
berbuah maka para petani kembali menemui kegagalan dalam masa panen.
Di tambah dengan tidak pernah hadir dalam penyuluhan yang jarang di
adakan sehingga mereka bercocok tanam hanya secara tradisional, tidak
mengetahui akan manfaat pupuk serta kurang mengetahui alat-alat
pertanian yang baik, hal ini juga menyebabkan sering gagalnya dalam
pertanian. Kegagalan demi kegagalan akhirnya orang tua banyak yang
beralih profesi dari bertani mencoba kepada pekerjaan lain yang mana
para orang tua yang tinggal di desa yang serba minim memiliki
keterampilan serta pengetahuan yang kurang luas tentang dunia usaha
sehingga sering menemui kegagalan dalam berusaha.
Uraian diatas mempunyai kesamaan dengan pendapat seorang ahli Sosiologi
H.Z.B Tafal dalam bukunya Membina Kaum Papa Pedesaan, mengemukakan
sebagai berikut:
Petani kecil yang tinggal dan tidak beruntung yang biasanya terletak di
pedesaan, lazimnya menghadapi masalah-masalah berikut; 1. Mereka
menduduki lahan yang miskin di desanya, dan karena itu tidak dpat
menerapkan cara-cara pelaksanaan yang di sarankan secara mapan, 2.
hujan mungkin gagal terutamanya, atau terlambat, atau memadai semasa
musim tanam, 3. lahan yang sering akan terkena banjir. 4. berada di
daerah-daerah kering atau kondisi air yang tidak menentu.
Lemahnya ekonomi keluarga juga karena banyaknya jumlah anggota keluarga
yang menyebabkan kepala keluarga menjadi sibuk untuk mencukupi keperluan
keluarga dan juga menyebabkan kurangnya perhatian orang tua terhadap
pendidikan anak-anaknya.
3. Kurangnya minat anak untuk bersekolah
Yang menyebabkan anak putus sekolah bukan hanya disebabkan oleh latar
belakang pendidikan orang tua, juga lemahnya ekonomi keluarga tetapi
juga datang dari dirinya sendiri yaitu kurangnya minat anak untuk
bersekolah atau melanjutkan sekolah.
Anak usia wajib belajar semestinya menggebu-gebu ingin menuntut ilmu
pengetahuan namun karena sudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang
baik terhadap perkembangan pendidikan anak, sehingga minat anak untuk
bersekolah kurang mendapat perhatian sebagaimana mestinya, adapun yang
menyebabkan anak kurang berminat untuk bersekolah adalah: anak kurang
mendapat perhatian dari orang tua terutama tentang pendidikannya, juga
karena kurangnya orang-orang terpelajar sehingga yang mempengaruhi anak
kebanyakan adalah orang yang tidak sekolah sehingga minat anak untuk
sekolah sangat kurang.
Anak seusia wajib belajar sudah mengenal bahkan sudah mampu untuk
mencari uang terutama untuk keperluannya sendiri seperti jajan dan
lain-lain, hal ini tentu akan mempengaruhi terhadap cara dan sikap anak
dalam bertindak dan berbuat. Karena sudah mencari uang sendiri dan
merasakan enaknya membelanjakan uang akhirnya tanpa terasa sekolah
ditinggalkan begitu saja.
Sekolah harus belajar dengan sungguh-sungguh dan anak berada di sekolah
hampir setengah hari penuh tanpa sedikit pun menghasilkan uang dan
bahkan harus mengeluarkan uang karena keperluan sekolah dan jajan
secukupnya. Hal inilah yang menyebabkan mereka malas untuk bersekolah.
Selain itu tinggi rendahnya minat untuk meneruskan sekolahnya juga di
pengaruhi oleh prestasi belajar anak itu sendiri. Anak yang berprestasi
belajarnya rendah, tentu tidak naik kelas. Artinya di anak tetap
tinggal di kelas, dengan harapan agar dia dapat meningkatkan
prestasinya.
Anak didik yang gagal dalam belajar dan tidak naik kelas ada dua
kemungkinan yang terjadi pada dirinya. Pertama dia akan merasa malu
terhadap teman-teman dan guru di sekolah karena ia tidak bisa seperti
teman-temannya, maka ia malas untuk pergi ke sekolah. Kedua yaitu
kegagalan dalam belajar akan menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih
giat dan rajin agar dapat menandingi teman-temannya, dan kalau bisa
lebih baik/tinggi dari teman-temannya semula.
Tetapi sangat disayangkan, kemungkinan yang kedua ini jarang terjadi
pada diri anak didik. Yang sering terjadi adalah kemungkinan pertama,
bila gagal dalam belajar maka anak akan malas pergi ke sekolah dan
meninggalkan sekolahnya yang belum selesai.
4. Kondisi lingkungan tempat tinggal anak
Lingkungan tempat tinggal anak adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya kegiatan dan proses belajar/pendidikan. Oleh
sebab itu seyogyanya lingkungan tempat tinggal anak atau lingkungan
masyarakat ini dapat berperan dan ikut serta di dalam membina
kepribadian anak-anak kearah yang lebih positif.
Untuk membina anak kearah yang lebih positif dan bermanfaat adalah
dengan adanya saling berhubungan satu dengan yang lainnya, sehingga anak
timbul saling pengaruh dengan proses pendidikan akan berjalan dengan
lancar dan baik.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat AL-Hujurat ayat 13 menjelaskan
bahwa kita sebagai makhluk-Nya hidup tidak sendiri, harus saling kenal
mengenal satu dengan yang lainnya (saling berhubungan).
Dari ayat tersebut di atas jelaslah bahwa Allah telah menjadikan kamu
dari laki-laki dan perempuan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu berkenal-kenalan sehingga adanya saling kontak dan berhubungan
memang sangat baik, karena akan membuka wawasan pikiran kearah yang
lebih maju, membantu kegiatan belajar dan lain-lainnya, itu kalau kita
lihat dari segi positifnya. Tetapi sebaliknya berhubungan juga akan
menimbulkan hal-hal yang negatif bila si anak akan terpengaruh kepada
hal-hal yang kurang baik, dalam hal akan mengakibatkan kegagalan dalam
sekolah.
Pengaruh-pengaruh yang negatif inilah yang harus kita hilangkan didalam
masyarakat. Dengan begitu akan membantu sukses nya pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah.
Jelasnya suasana lingkungan tempat tinggal atau lingkungan masyarakat,
kawan sepergaulan, juga ikut serta memotivasi terlaksana kegiatan
belajar bagi anak.
a. Suasana lingkungan
Suasana lingkungan sebenarnya sangat mempengaruhi proses belajar
mengajar bagi anak. Lingkungan yang tentram, nyaman, damai akan
mempunyai pengaruh yang baik kepada anak. Sebaliknya lingkungan yang
ribut, tidak aman, hingar bingar akan menimbulkan pengaruh yang negatif
terhadap kelangsungan proses belajar anak di sekolah.
Adanya suasana lingkungan masyarakat yang kurang baik, akan mengganggu
anak dalam belajar dan secara langsung akan mempengaruhi prestasi
belajar yang diperoleh di sekolah. Bisa juga di sebabkan suasana yang
ribut tepi menyenangkan hati anak, anak akan terpengaruh dan ikut serta
di dalamnya dan ia lupa bahwa dirinya seorang pelajar.
Seorang pelajar tidak pantas melakukan hal-hal yang negatif, karena kan
merugikan. Tugas pelajar adalah belajar, agar suatu hari nanti menjadi
orang yang bermanfaat bagi orang banyak.
b. Kawan sepergaulan
Kita sebagai manusia dan sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup
sendiri, karena kita membutuhkan manusia yang lain. Kebanyakan manusia
bila mencari teman yang sebanding dengannya, maksudnya kalau anak
berteman dengan anak orang tua dengan orang tua pula. Karena hal ini
didasari oleh adanya persamaan-persamaan antara individu yang satu
dengan individu yang lain.
Bagaimanapun juga adanya pergaulan ini mempunyai pengaruh terhadap
sikap, tingkah laku, dan cara bertindak dan lain sebagainya dari setiap
individu. Dimana pengaruh tersebut ada yang bersifat positif dan ada
pula yang bersifat negatif.
1) Yang bersifat positif
Bergaul dan berteman dengan orang yang berpendidikan dan berilmu
pengetahuan yang lebih tinggi dari kita, akan mendatangkan manfaat
kepada kita khususnya, dan akan membantu dan memotivasi kita dalam
belajar menuntut ilmu. Bila kita menemui kesulitan akan mudah
bertanya/minta bimbingan kepada mereka yang lebih tahu.
Selain manfaat diatas, bergaul dengan orang yang berpengetahuan juga
mendatangkan ketenteraman, karena diri kita merasa dapat di terima oleh
lingkungan dimana kita tinggal. Dengan demikian akan terjalin kerja
sama bantu membantu antara sesamanya di dalam mensukseskan pembangunan,
khususnya dalam bidang pendidikan.
2) Yang bersifat negatif
Bergaul dengan orang baik bisa mendatangkan pengaruh positif dan negatif. Pengaruh negatif tersebut antara lain:
- Bila seorang anak didik mempunyai kawan sepergaulan rata-rata tidak
sekolah, maka sedikit banyaknya akan mempengaruhi kepada si anak,
khususnya yang berhubungan dengan kelangsungan dan kelancaran pendidikan
anak di sekolah, atau akan menggangu belajar anak di rumah, seperti
kawan-kawannya mengajak jalan-jalan, ngobrol-ngobrol dan lain-lain
hingga tidak ingat waktu belajar.
- Bila anak didik bergaul dengan anak yang tidak bermoral/akhlak yang
tidak baik, pada suatu saat nanti akan terpengaruh dan turut melakukan
perbuatan-perbuatan yang tidak baik, pada suatu saat nanti akan
terpengaruh dan turut melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik,
disebabkan setia kawan dan lain-lain sebagainya, yang dapat
menjerumuskan anak didik. Dan akhirnya akan mengganggu pelajar di
sekolah, kemudian putus sekolah.
5. Pandangan Masyarakat Terhadap Pendidikan
Pandangan masyarakat terhadap pendidikan juga sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan anak dalam menempuh pendidikan di bangku sekolah.
Pandangan masyarakat yang maju tentu berbeda dengan masyarakat yang
keterbelakangan dan tradisional, masyarakat yang maju tentu pendidikan
mereka maju pula, demikian pula anak-anak mereka akan menjadi bertambah
maju pula pendidikannya dibanding dengan orang tua mereka.
Maju mundurnya suatu masyarakat, bangsa dan negara juga ditentukan dengan maju mundurnya pendidikan yang dilaksanakan.
Pada umumnya masyarakat yang terbelakang atau dengan kata lain
masyarakat tradisional mereka kurang memahami arti pentingnya
pendidikan, sehingga kebanyakan anak-nakan mereka tidak sekolah dan
kalau sekolah kebanyakan putus di tengah jalan.
Hal tersebut bisa terjadi karena mereka beranggapan sekolah sangat
sulit, merasa tidak mampu, mempengaruhi, buang waktu banyak, lebih baik
bekerja sejak anak-anak ajakan membantu orang tua, tujuan sekolah
sekedar bisa membaca dan menulis, juga karena anggapan mereka tujuan
akhir dari sekolah adalah untuk menjadi pegawai negeri, hal ini tentu
karena kurang memahami arti, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional.
Padahal fungsi pendidikan nasional bukan demikian, hal ini sebagaimana
tergambar dan undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989, pasal
3.
“pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka
mewujudkan upaya tujuan nasional.”
Demikian juga tujuan pendidikan nasional bukan seperti anggapan
masyarakat tradisional, yang mana tujuan pendidikan nasional
sebagaimanan juga yang termuat dalam undang-undang RI nomor 20 tahun
2003, pasal 4.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa bertujuan untuk terbentuknya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga yang demokratis serta bertanggung jawab.
Masyarakat yang tradisional kalau mereka memahami fungsi dan tujuan
pendidikan nasional pada akhirnya akan menjadi masyarakat yang maju dan
berkembang.
Masyarakat yang terpencil atau masyarakat yang tradisional juga
beranggapan bahwa sekolah itu pada dasarnya sedikit sekali yang sesuai
dengan kehendak mereka, misalnya begitu tamat sekolah langsung
mendapatkan pekerjaan, sekolah hendaknya tidak memerlukan biaya yang
banyak, dan tidak memerlukan waktu yang terlalu lama.
Hal tersebut ada hubungannya dengan pendapat seorang ahli Sosiologi yang
bernama Surjadi, A. dalam bukunya yang berjudul Pembangunan Masyarakat
pedesaan, mengemukakan; “…sekolah itu pada intinya merupakan lembaga
asing yang sedikit saja relevansinya langsung dengan kegiatan
masyarakat”.
Mungkin kalau pendidikan itu sesuai dengan kehendak mereka maka
masyarakatpun juga akan mendukungnya, namun semua itu hanya keinginan
mereka tanpa harus berjuang dan berusaha secara maksimal.
sumber : http://menatap-ilmu.blogspot.com/2011/07/hal-hal-yang-menjadi-faktor-penyebab.html